Selasa, 01 September 2009

Typical Monday dan Entrepreneur

Akhirnya selesai juga tugas Metode Kuantitatif saya. Lelah juga ternyata merangkum, karena mau tidak mau saya harus membaca jurnal itu berkali-kali untuk menyerap maksud si penulis dan mengambil sari dan merangkumnya dalam satu halaman.

Hari ini sangat menyebalkan, minggu ini sebenarnya KRS-B dan saya seharusnya mengambil satu lagi mata kuliah untuk menggenapkan menjadi 21 sks. Tetapi ternyata jadwal nya tetap tabrakan, dan saya tidak dapat mengambil MK tersebut!. Huh. Jadinya kemungkinan saya hanya dapat mengambil 18 sks. Besok saya coba bertemu dosen pembimbing akademik saya untuk meminta saran.

Dan juga sudah 2 hari molor pesanan jahitan saya di tukang jahit dekat kampus. Sebal. Padahal sudah di wanti-wanti kalau jangan lupa lagi, dan juga saya sangat khawatir dengan manajemen tukang jahit tersebut yang menyimpan pesanan jahitan kurang teratur. Saya takut kalau celana panjang saya sebanyak dua buah tersebut terselip atau hilang. Waktu kesana saja dengan maksud untuk mengambil pesanan, saya butuh mencari-mencari hingga keatas lemari penjahit tersebut untuk melihat apakah pesanan saya sudah selesai (dan ternyata belum). Huh!. Saya kapok dengan servis mereka, dan lain kali ke tukang jahit yang lain saja. Saya lebih baik memilih tukang jahit yang mahal, tetapi professional. Kesal sekali rasanya.

Ngomong-ngomong tentang professionalitas. Siang ini saya membaca koran kompas, ternyata Indonesia itu masih kekurangan wirausaha loh. Saat ini hanya ada 400.000 pengusaha di Indonesia. Dan Indonesia masih butuh sekitar 4 juta wirausaha untuk mencapai keadaan seimbang. Sebab negara dikatakan maju jika 2% penduduknya adalah pengusaha, saat ini Indonesia berarti hanya 0.18% penduduknya yang merupakan pengusaha.

Terdapat tiga jenis wirausaha:

  1. necessity entrepreneur : tipe ini adalah orang yang menjadi wirausaha karena terpaksa dan desakan kebutuhan hidup
  2. replicative entrepreneur : yang ini cenderung meniru-niru bisnis yang sedang tren sehingga rawan terhadap persaingan dan kejatuhan
  3. innovative entrepreneur : Nah ini yang dibutuhkan Indonesia, wirausaha inovatif yang terus berpikir kreatif dalam melihat peluang dan memanfaatkannya.

Nah tipe yang mana Anda? Hehe, kalau di lingkungan saya sih banyak saya temui tipe pertama dan kedua. Kalau pertama banyak contohnya seperti pedagang asongan, loper koran, banyak deh contoh lain. Sedangkan yang kedua itu contohnya seperti penjual pulsa elektrik, gerai-gerai handphone, penjual makanan kecil secara grosir dan lain sebagainya. Kedua tipe tersebut banyak saya temui, ada yang sukses, tapi kebanyakan ya biasa-biasa saja. Karena keuntungan juga tidak seberapa dan harus bersaing dalam hal harga karena banyak saingan.

Kalau yang tipe ketiga, nah ini yang saya jarang temui. Bahkan saya sulit mengingat-ingat kapan terakhir kali saya bertemu wirausaha yang innovative. O iya, saya pernah menonton TV ada pengusaha yang membuat tas, dompet, tas laptop dari sampah-sampah plastik bekas produk rumah tangga . Hasilnya bagus juga karena setiap tas unik dan warna-warni. Mungkin inilah contoh wirausaha yang innovative.

Ada, yang tertarik berwirausaha? Ayo, siapa tau dapat membantu memajikan perekonomian dan kesajahteraan rakyat Indonesia.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar