Android. Sebenarnya saya sudah melirik Android sejak saya masih muda , yaitu ketika HTC Hero keluar di pasaran, dan pada saat yang sama serial TV Heroes lagi keren-kerennya. Agak ngga nyambung memang , tapi memang begitu adanya . Tapi waktu itu hanya bisa menatap screenshot nya di internet dengan bermimpi menimang-nya, tapi apa boleh buat Hero tidak keluar di pasar Indonesia dan ada juga barang BM nya seharga 7juta rupiah. Label harga yang cukup fantastis bagi mahasiswa cupu pada saat itu. Karena mimpi tidak kesampaian, kerjaan saya, hanya membaca review gadget-gadget baru yang mengusung operating system open source ini, melihat perkembangannya, dan kadang-kadang membaca tutorial programmingnya.
Pada satu hari saya melihat di situs blog favorit saya, sebuah tutorial bagaimana menjalankan Android di Windows. Wah, kesempatan ini pikir saya. Tidak berapa lama kemudian emulator android beserta Android terbaru saat itu (2.1 Eclair) sudah terinstall di laptop saya. Tidak sabar rasanya menjalankannya, dan mencobanya. Tetapi booting yang cukup lama membuat saya mengira bahwa emulator ini crash dan saya terpaksa menyetop paksa emulasi dan mengulanginya kembali, sehingga perlu beberapa waktu untuk menyadari bahwa booting Android di emulator butuh kesabaran ekstra apalagi di mesin laptop yang sudah mulai senja.
Setelah melewati booting screen, akhirnya saya masuk ke home screen. Dan rupanya kesabaran saya menunggu di boot screen bukan apa-apa, tetapi ada hal yang lebih menakutkan lagi. Emulasi terasa sangat lambat, lambat disini dapat dibayangkan jika menekan satu tombol maka perlu 10 detik untuk melihat respon apa yang akan dikeluarkan. Saya langsung menutup screen emulator tersebut, dan tidak pernah kembali menatap icon robot hijau lucu yang bertengger di ujung desktop saya.
Tapi seiring hari, mulai bermunculan handphone di kelas mid-end yang mengusung sistem operasi Android, saat ini yang sedang trend ada Samsung Ace, LG Optimus One, Samsung Galaxy Mini, dan Xperia X10. Cukup menggiurkan memang, ditambah handphone Nokia saya yang sudah uzur dan mati setiap ada panggilan masuk cukup memberikan alasan untuk migrasi secepatnya.
Sewaktu saya mencari informasi mengenai gadget yang cocok buat saya, saya menemukan Google App Inventor, baru melihat video perkenalan dan tutorialnya saja, saya langsung mendapat ide aplikasi menarik. Wah kalau drag and drop gini, saya bisa berkreasi sebebas mungkin. Tapi sayang aplikasi idaman saya ini membutuhkan GPS, jadi rasanya tidak mungkin menggunakan emulator. Jadi walaupun kemungkinan laptop saya yang sudah agak mendingan ini (baca post sebelumnya) sudah bisa menjalankan emulasi dengan mulus, tapi tidak bisa mencoba mengeksploitasi data GPS karena ketiadaan modul GPS. Disamping itu handphone mid-end yang disebutkan sebelumnya tidak dijamin oleh Google bakal compatible dengan Google App Inventor.
Berikut list handphone yang sudah di test dan bekerja
- Google: Nexus One
- Motorola: Droid, Droid X, Droid Incredible
- T-Mobile: G1
- HTC: Incredible, Hero, Desire, …
Bermodalkan list tersebut, saya mulai hunting. Pilihan saya jatuh pada Nexus One dan secara natural ke Desire, karena Desire sebenarnya saudara dekat nexus one. Hardware Nexus One nyaris sama dengan desire, kecuali Desire memiliki tambahan RAM sebesar 64MB menjadi 576MB. Mulai lah saya dengan misi menawar harga semurah di setiap penjual yang menjual kedua jenis handphone tersebut di salah satu forum online jual-beli di Indonesia. Proses yang lama dan memakan waktu memang, tetapi akhirnya saya mendapatkan juga apa yang saya inginkan. HTC Desire dengan harga yang relatif murah dan bonus yang menarik. Karena keterbatasan dana, ya apa boleh buat ini pertama kalinya saya membeli barang elektronik bekas. Tapi alhamdulillah, masih lumayan mulus dan fungsi 100% berjalan sempurna. Dan menariknya belum pernah di root dan apalagi di flash dengan ROM yang aneh-aneh.
Lumayanlah buat ngoprek-ngoprek, kalo lagi stuck di skripsi. BTW dalam rangka akan ada proses ngoprek yang seru kedepannya dan akan menarik untuk ditulis disini maka dibuatlah kategori baru bernama ‘Android’.
That’s all. Let’s go tinkering!
0 komentar:
Posting Komentar